Doa Ibu
Sekar Ayu Asmara
Rate: "Mencekam sanu bari"
Uhh moment: "Madrim menatap klinik tempatnya melakukan dosa bersama si Bisu. Tiba-tiba ia meilhat si Bisu, tapi nyatanya Ijen yang seperti pinang dibelah dua dengan si Bisu."
Ini kedua kalinya saya baca buku karya Sekar Ayu Asmara. Dan keduanya, saya mau memberikan genre yang saya tentukan sendiri, Misteri-triler! Mungkin pada buku Pintu Terlarang lebih terasa psychological-thriler, tetapi di buku ini saya merasakan sekali unsur misteri-triler di dalamnya. Walaupun kesan sadis nggak akan kita temui, tapi kesan mendebar-debarnya tetap ada, sangat terasa.
Kisah ini berpusat pada dua tokoh central, yakni Ijen dan Madrim. Ijen adalah seorang pemuda sekitar 25 tahun yang merupakan seorang pelukis dan tinggal bersama keempat temannya yang juga pelukis. Sedangkan Madrim adalah seorang istri orang ternama dan terpandang, memiliki satu anak yang sedang menapaki karirnya. Awalnya kedua tokoh central ini sama-sama memiliki kehidupan yang sempurna dan bahagia. Tetapi setelah masing-masing mengalami satu kejadian, pelan-pelan hidup mereka yang sebenarnya mulai terungkap dan meluluhlantahkan fakta kehidupan mereka.
Dimulai dengan pernikahan sahabat Ijen yang bernama Khaled dengan Dewanti. Ketika prosesi resepsi belum juga rampung, tiba-tiba lampu ruangan padam dan saat itu istri sahabatnya Khaled yang baru saja dinikahinya tiba-tiba menghilang di depan ratusan pasang mata. Lalu di sisi Madrim, ketika semua berjalan dalam kendalinya, tiba-tiba suaminya yang ia nikahi selama 20 tahun pergi meninggalkannya untuk selamanya. Di hari pemakaman suaminya, tiba-tiba pula datang seorang wanita dan seorang anak yang menyebut suaminya dengan sebutan "Ayah". Kejadian yang tidak pernah Madrim sangka selama usia pernikahan mereka.
Ijen mencari kehilangan Dewanti yang berakibat bunuh diri pada sahabatnya, Khaled. Dari pencariannya itu justru menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serta misteri-misteri baru baginya. Bukan menghasilkan, justru semakin kehilangan, terlebih satu-persatu sahabatnya ikut raib. Sedangkan, Madrim sebaliknya. Semakin ia mencari kebenaran yang hakiki dari kebohongan suaminya selama sepuluh tahun, ia semakin menemukan makna yang sebenarnya dibalik itu semua, dibalik kematian suaminya dan dibalik kesedihan putri semata wayangnya, Sinta. Yang paling menibulkan misteri di antara semuanya, hanya Ijen yang bisa mendengar suara "ruh" yang ia tidak tau datang dari manam sampai suatu kejadian menimpanya dan menjelaskan semuanya.
Alur dalam buku ini dijaga banget oleh penulisnya, dari awal sampai akhir ketegangan terus diberikan intensitas yang semakin menanjak. Banyak diberikan "bumbu" misteri yang akan dipertanyakan pembaca. Ketika intensitas semakin tinggi, kita akan sulit melepas kisahnya. Mungkin awalnya, kita akan terkesan membaca kisah horor, saat membaca dipertengahan. Tapi justru itu salah satu "bumbu" misteri yang bersatu padu dengan intrik triler di dalamnya, sehingga menghasilka ketegangan dan pertanyaan, tanpa adanya darah dan pembunuhan.
Penulis juga sangat piawai menyimpan jawaban. Setiap pertanyaan kecil atau selintaspun, ia tidak akan memanjakan pembaca dengan jawaban. Ia membebaskan pembaca dengan imajinasi dan pemikirannya, sebelum akhirnya ia berikan jawabannya. Menarik. Selain itu, dari kedua bukunya, terlihat juga ciri khas penulis. Sekar Ayu Asmara sering membahas jurnalis, humanis, kemewahan, simple yang menunjukan keanggunan, rahim wanita yang merupakan tanggung jawab wanita sebagai pemiliknya, seniman, dan kehidupan dalam dunia imajinasi atau angan-angan. Kesimpulannya, buku ini patut dibaca, menghibur dan menantang pembaca sekaligus. Dan tentunya membantu mengeluarkan gaung karya sastra Indonesia yang nggak kalah keren dengan penulis luar manapun.
Categories:
Buku Si Kupu,
fiksi,
novel,
ulasan

