Rantau 1 Muara
A Fuadi


"Memang impian bisa jadi nyata tapi yang nyata bisa jadi hampa."

Demkian sepenggal kalimat monolog yang diucapkan oleh tokoh utamanya, Alif Fikri. Kalau diperhatikan lagi baik-baik kalimat ini, bisa dikatakan pendapat sang tokoh bukan hanya isapan jempol aja. Terkadang mimpi yang kita harapankan harus ditunda, sekalipun mimpi tersebut sudah diambang mata kenyataan. Sehingga, kita harus dipaksa memutar balik haluan dan mengelilingi jalan menuju mimpi itu sekali lagi.

Seperti kisah yang dibangun oleh A Fuadi di buku terakhir seri Tetralogi Negeri 5 Menara ini. Rantau 1 Muara adalah buku pamungkas dari kisah perjalanan sang tokoh utama, Alif Fikri, dalam memperjuangkan mimpi seorang bocah yang berasal dari daerah pinggir Danau Maninjau, Sumatera Barat. Ketiga buku ini membutikan kesabaran yang harus dirasakan Alif sebelum mencapai mimpinya ke Amerika. 

Rantau 1 Muara mengisahkan perjalanan hidup Alif sekembalinya dari Kanada. Setelah mengenyam enaknya hidup diperantauan daratan Amerika, Alif dihadapkan dengan setumpuk masalah, seperti; daftar ulang semester di kampusnya, uang kosan, dan juga serentetan urusan yang selama setahun ia tinggal ke Amerika. Ia menyadari setiap jalan yang ia tempuh, pasti selalu menemui lubang, sekaligus jalan baru yang diberikan Tuhan tanpa disangka-sangka. 

Tepat satu hari setelah sidang akhir skripsinya, Alif bertolak ke Singapura yang lagi mendapatkan beasiswa. Sepulangnya dari Singapura, kebanggaan diri yang sedikit melambungkan kepalanya, akhirnya harus tertunduk oleh krisis moneter yang bertepatan pada tahun 1999 atau saat Alif sedang masa pencarian kerja. Segala bentuk pekerjaan di koran lokal yang selama ini menyokongnya, terpaksa memberhentikannya. Usaha sudah ia kerahkan untuk mencari kerja demi kelanjutan hidup, bukan hanya hidupnya tapi juga hidup keluarganya. 

Hingga akhrinya, segala doanya dijawab oleh Tuhan dengan diterimanya Alif sebagai wartawan sebuah majalah terpercaya dan terberani yang dimiliki Indonesia sejak dulu. Setelahnya, Tuhan sudah menyiapkan rencana lain untuk hidup Alif. Dan semuanya bermula dari sini.


Membaca seri tetralogi ini selalu mempunyai kenikmatan sendiri bagi saya (Si Kupu). Dikarenakan package komplit bisa didapatkan di seri-serinya, seperti; covernya punya ciri khas dari segi font yang dipakai, ya layaknya seri buku yang dimiliki Harry Potter. Sehingga dengan melihat fontnya saja, kita sudah tau, mengacu kemana font tersebut. Ciri khas lainnya datang dari covernya. Sampul depan selalu menjadi misteri buat saya. Saya tidak melulu memperhatikan ilustrasi depan, karena menurut saya kadang keduanya tidak saling berkesinabungan. Misalnya, saya bisa saja suka covernya, tapi tidak menyukai isinya. Begitupun sebaliknya. Tapi, untuk trilogi ini, menurut saya keduanya saling melengkapi satu sama lain. Untuk pembuktian itu, silahkan saja membaca ketiga serinya. Happy reading! 

Categories: , , ,

Leave a Reply